selamat datang di kebun

 Pebruari  2015.

      Setelah mendapat pembekalan di Head Office, maka secara resmi kami ber 13 akan diberangkatkan ke lokasi penempatan masing-masing. Ada beberapa teman yang mendapat lokasi penempatan di pulau Andalas, beberapa ke Celebes, sedangkan aku beserta 6 teman lain mendapat penempatan di pulau Borneo.

      Pagi itu, sesudah sholat subuh kami berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Mengendarai taksi yang sudah kami pesan malam sebelumnya. Kami berangkat bersama menuju Bandara dengan terminal keberangkatan yang berbeda-beda.

      Aku membaca dalam hati sebuah plang besar bertuliskan "Bandara Iskandar" sambil menuruni tangga pesawat. Sebuah bandara kecil di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.  Suasana di Bandara Iskandar tidak seramai Soekarno Hatta di Jakarta. Beberapa sudut dihiasi pernak pernik khas Kalimantan. Pangkalan bun, sebuah nama kota yang tak pernah terlintas di benakku. Aku hanya pernah mendengarnya sekali, dalam sebuah berita jatuhnya sebuah pesawat beberapa tahun yang lalu. 

      Setelah mengambil koper, aku dihampiri oleh seorang driver perusahaan yang sudah siap menjemput dan mengantarkanku ke lokasi penempatan. Kemudian, aku berpisah dengan ke 6 temanku. Walaupun penempatan kami sama di pulau Borneo, tapi tempat kami mengajar di berbeda PT. Lokasi perusahaan tempatku akan mengajar, berjarak kurang lebih 3 jam dari Bandara. 

      Sepanjang jalan, aku hanya melihat hamparan kebun kelapa sawit, kadang berganti menjadi hamparan kebun karet, lalu kemudian kulihat lagi rumah penduduk yang sangat khas dengan kayu dan bangunannya yang agak tinggi diatas rawa-rawa. Meskipun badanku terasa payah, rasanya aku tak ingin memejamkan mata, tak ingin melewatkan pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Katanya, jalan yang sedang kami lalui adalah jalan lintas provinsi. Namun, rasanya jalan ini sungguh tidak sehiruk pikuk jalanan di pulau Jawa. Sepanjang perjalanan tadi hanya beberapa saja kendaraan yang berpapasan atau mendahului kami. 

      Hari sudah gelap ketika aku memasuki gerbang masuk PT. Di tengah kegelapan, lagi-lagi yang bisa kulihat hanya hamparan kebun sawit, kali ini kami benar-benar masuk di tengah kebun. Tak ada satupun rumah, hanya pohon-pohon sawit yang rasanya tidak ada habisnya. Ternyata, memang jarak antar afdeling (sebutan untuk perumahan para karyawan) sangat jauh. Terpisahkan oleh beberapa hektar sawitan. Driver yang mengantarkanku ini yang bercerita.

      Beberapa menit kemudian, kami melewati sebuah pabrik dengan suara mesin yang menderu-deru, dengan bau khas yang baru pertama kali kucium. Akhirnya, aku sampai di mess karyawan, tempat yang menampungku sementara waktu sebelum aku mulai mengajar. Nantinya, aku akan tinggal di perumahan guru yang terletak tak jauh dari sekolah tempatku mengajar.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah seekor Gajah yang (sudah tidak) terbelenggu